Venice, A travel to A City of Thousand Bridges p.1

Hi there, sudah lama saya ingin menuliskan edisi jalan jalan saya ke Venice.. berhubung banyak kendala dan winter yg dihujani epidemi rinovirus dan brochiolitis serta drama ICU lagi :( jadinya baru sempat sekarang. Semoga ga garing ya tulisannya. Tulisan ini juga di endorse oleh teman temanku, banyak yg tanya.. gimana disana, apa apa aja yg bisa dilihat, trus ongkos berapa (stress aku ditanya ongkos, kl ongkos dr San Dona ke Venice nya via train ya murah meriah, 10 euro sajah  :))


Bepergian buat kami bukanlah hal yg mudah, Dario punya prioritas dan kebutuhan akan makanan dan obat yg rempong sekali kalau harus buat buat lg di tengah jalan, jadinya setiap ingin bepergian kami harus sudah pastikan dia fit dan semua bekal makanan obat dll sudah ok dan tinggal angkut. Kami juga tidak bisa bepergian sepanjang hari tapi hanya bisa setengah hari untuk memastikan makanan pangeran kecilku masih enak dan ga dingin. Pemilihan waktu bepergian juga hal lain, bepergian dengan anak kecil bukan perkara gampang apalgi kalau belum punya kendaraan pribadi atau malas nyetir. Jadinya, waktu yg enak adalah musim transisi (peralihan dari summer ke fall atau dari winter ke spring!) karena udaranya enak, tidak panas menyengat ataupun dingin membeku. Sekali lagi, anak tetap prioritas, bukan apa yg kepengen dilakukan atau dilihat emak bapaknya (emak bapaknya bisa 24 jam jalan jalan dgn cuma berbekal roti sandwich homemade :))

Ok, so di hari yang indah pada Fall 2015 lalu, kami memutuskan untuk sightseeing Venice. Dario dalam kondisi fit, cuaca mendukung, yasud langsung deh book tiket treno (train). Bepergian ke Venice bukanlah hal yang mudah karena Venice adalah kota dengan seribu jembatan yg hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki dan beberapa tempat dilalui dengan Gondola. Tidak ada sepeda, motor, mobil, bus apalagi becak (ihihihi, canda ya!) jadinya eng ing eng, cuss.. jalan kaki dari rumah ke train station San Dona makan waktu 20 menit, dengan menenteng makanan, stroller juga perlengkapan dario, this was going to be a great day!!

Harga tiket trenitalia San Dona - VE Santa Lucia (jurusan train yg kita ambil) adalah 5 euro per sekali jalan dengan jarak tempuh 45 menit (ga pake telat, lelet apalagi macet :)) Ooops tapi jangan salah, kereta cuma berhenti paling lama 10 menit (itupun untuk kereta perjalanan jauh) karena di Italia, kereta api ga mungkin meresikokan kredibilitasnya hanya untuk menunggu orang telat. Anyway, kalau telat ga usah parno juga, tinggal tunggu kereta jam berikutnya, jadi tiketnya ga hangus :))
at the train

Perjalanan menuju Venice adalah perjalanan yg tidak terasa dan nyaman hanya saja kali ini kereta penuh karena hari itu adalah weekend. Kereta rame sekali berisi manusia manusia dari berbagai penjuru dunia, ada yg dari UK dengan accent britishnya yg kentara, ada Korean juga dgn English patah patah, sibuk dengan peta dan gadgetnya.
Dario masih tenang di strollernya hingga kami pun sampai di stasiun kereta api Venice, Santa Lucia. Wow, rame..sekeliling saya memandang orang orang yg lalu lalang sibuk dengan gayanya yg all out (sejenak saya lupa bahwa saya menjejakkan kaki ke tempat paling romantis di dunia versi salah satu majalah travel :))

Santa Lucia, VE train station

Para turis asing maupun lokal sibuk dengan kamera hape, lensa panjang, dan camcod nya. Luar biasa, rasa rasanya ini cuma mimpi, saya terbuai dengan happiness yg alay.. sampe lupa bahwa di depan sudah kelihatan jembatan jembatan dan orang orang yg penuh sesak untuk melewatinya. Aduh! kacau, ini stroller Dario harus ditenteng.. OMG, nyahok juga kan seharian nenteng stroller tapi ah gapapa.. pasti bisa (waktu itu msh buta dengan happiness alay :))



Kami pun mulai sightseeingnya, hal yg pertama kita lihat begitu sampai di Venice adalah jembatannya, yup.. venice adalah kota yg dibangun di atas kanal kanal dengan jembatan sebagai penghubungnya. So, ga heran Venice disebut dengan A City of Thousand Bridges. Kalau main ke Venice, tubuh mesti fit, betis kudu kuat karena jalannya kadang licin juga decayed (thanks to the rising level of the seawater). Venice juga memiliki banyak gang dan jalan sempit yang biasanya digunakan warga sebagai shortcut untuk sampai ke pusat kota.

the big canal

Dario and Mom
Pada Awalnya...

Begitu menginjakkan kaki di kota tua ini, bau air asin langsung tercium dan samar samar bercampur aroma parfum dan keringat para turis yang hilir mudik. Tak heran, para turis baik lokal maupun internasional berdandan maksimal dan mandi parfum barangkali karena mengunjungi Venice adalah sebuah outstanding moment. Turis yang biasanya berdandan ala kadarnya adalah mereka yg berada pada rombongan tour guidance. Mostly adalah dari Tiongkok dan Jepang, wuih mereka heboh bukan main dengan suara kenceng, tunjuk sana sini, jepret sana sini :))


Berjalan di Venice harus cepat karena rame dan sesak apalagi kalau weekend. Jujur saja orang Italia bukanlah pejalan kaki cepat layaknya orang Jepang, tapi Venice adalah pusat turisme Italia (utara) sehingga ini memaksa warga dan turis mengikuti ritme cepat dan sigap. Bagi warga Venice, ketenangan hidup sudah lama hilang karena sejak didaulat sebagai kota teromantis sedunia, 50.000 turis memasuki venice setiap harinya (we have to say wow, no?)



Then, kami pun mulai jalan, wuih di jembatan yang pertama yakni Scalzi Bridge, aku dan suami udah ngos-ngosan menggotong stroller Dario, sampai di tengah aku pun berinisiatif menggendong Dario dan suami menggendong stroller (dikirain stroller bocah kali ya, ihihi). Ini dia ni momen foto bareng Dario and Mamma, untung dari foto ga kelihatan nafas mamanya masih kejar-kejaran.. Say cheese!

at Scalzi Bridge
Kami lanjut sightseeingnya, berharap sampai di Piazza San Marco sesegera mungkin.. eh malah ketemu jembatan lagi ( setiap jembatan ada namanya, tapi saya ga ingat semua :)) ya harus menggotong lagi, akhirnya kami sampai di sebuah jembatan yang Masha Allah, banyak banget anak tangganya (pingsan*) namanya Ponte di Rialto. Di jembatan ini, ga sempat ambil foto, sesak dan kecapekan.

gang kecil di Venice, it is decayed elegantly, isn't it?

Lanjut Lanjut dan Lanjut, kami melewati tikungan, jalanan sempit yg berbau tua dan asin (serasa masuk dan berjalan di film Sherlock Holmes :)) Sayangnya kami ga kepikiran pake GPS (tar nanti pas udah kesasar baru ingat ada GPS penyelamat manusia dari masa gagap melihat peta :D) dan kami pun melewati pusat jual beli, ya ampun ternyata pasar ini masih bagian dari Ponte di Rialto (gubrak*) ternyata jembatannya blm selesai dilalui -_-"

Rialto Market, oops kelihatan Papa sedang gotong stroller :D
Di Rialto Market ini, segala macam benda dijual, tapi yang paling banyak dicari adalah penjual murano glass, semacam glass khas nya venezia. Orang orang juga memburu merchandise untuk bekal oleh oleh, dan juga memburu sweets khas venezia, kebetulan waktu itu menjelang perayaan San Martino, jadi banyak cake and sweets khas San Martino ( setiap makanan manis, dikonsumsi/tersedia menjelang perayaan perayaan tertentu..segala macam cake, desserts belum tentu selalu available di pasaran)

sweets khas Venice

at the market

dipilih, dipilih!
Yang menarik juga adalah bahwa di Venice, semua mata tertuju pada mask khas nya Venetian yang biasanya dipakai ketika Carnival (nanti akan saya buatkan post khusus liputan Carnivale Venezia :)). Topeng topeng serta kostum lengkap dibanderol sangat tinggi, tapi buat para kolektor tentu harga tak jadi masalah. Kalau mau berburu topeng dan kostum murah, pergilah belanja sebelum Februari.. biasanya bisa dapat harga spesial :)

ih, ada Zorro!

Beautiful yet scary for me
Melewati penjual murano glass sudah, penjual kostum sudah, merchandise juga sudah, dari tadi penasaran kenapa ga ada ngelewatin restoran (secara sudah siang, perut mulai orkestra keroncong) ternyata restoran dan bar itu khasnya ada di pinggir pantainya (jadi menghadap ke laut) kalaupun ada restoran yg berada di tengah tengah toko jualanan yg lain, hal ini kurang lazim.

Kami belum juga berhasil sampai di San Marco Square, tapi sepanjang perjalanan banyak hal menarik yang bisa kita lihat, tanpa tour guide sebenarnya sedikit menyedihkan karena Venice penuh dengan kisah kisah historis beserta simbol simbolnya. Tapi yah untuk traveler pemula ga masalah, semoga masih ada kesempatan kedua dan selanjutnya untuk mengunjungi Venice.






Nuansa Fall terasa sekali, meskipun ini baru awalnya, tapi yang mengejutkan bahwa tahun Fall kali ini masih terasa bagaikan summer terdingin, 20 derajat celcius dengan pantulan sinar matahari cukup buat keriting juga apalagi dengan coat yang tebal plus boots, aduhai.. berkuah lah..(soto kali ya :)). Provinsi Venezia secara keseluruhan memiliki temperatur yang cukup hangat dibandingkan dengan daerah daerah di provinsi Italia Utara lainnya, dan pada winter, salju susah dan jarang sekali bisa turun. Di kotaku San Dona, salju tidak turun setiap tahun seperti 2015, ga sebutir pun salju turun, hanya kadang hujan es saja.

Kami masih terus berjalan, melewati beberapa jembatan jembatan kecil dan rumah rumah tua, kamipun melewati port port Gondola, yup perahu kecil khas Venice. Oh my, tergelitik dan passionate sekali aku pengen naik, apa daya banyak aral melintang. Mulai dari antrian, tarif, dan stroller yg kami gotong kesana kemari. Yasud, diurungkan niat menyusuri Venice dengan Gondola, dan dalam hati berjanji nanti ketika Dario sudah lebih besar kami akan mengimplementasikan niatan ini (Amiin)

Menyusuri Venice dengan Gondola memang menarik, tapi banyak spot yg akan kita skip karena tidak semua kanal bisa dilalui, belum lagi ada yang ditutup dan segala macam. Jadi memang jalan kaki tetap cara satu satunya yg paling seru dan efisien untuk menjelajah Venice.

Menaiki Gondola adalah impian romantis banyak turis yang mengunjungi Venice, tapi jangan salah tarifnya luar biasa, mulai dari beberapa ratus Euro hingga ribuan, belum lagi Gondola spesial yg bergaya Persia yang Gondolierenya juga bernyanyi untuk penumpangnya, bisa ribuan lebih. Mungkin buat lovebirds yang mau prewed atau honeymoon ini worth to try lah..
at Gondola port


Gondola port

one of Venice canal with the private boat and port

Pada Akhirnya...

Pfiuhhh, sampai juga kami akhirnya di Piazza San Marco a.k.a San Marco's Square. Masha Allah manusia banyak banget ditambah burung burung laut segede kalkun. Begitu sampai di spot ini, setelah mendaki gunung melewati lembah (ninja hatori mode on :)) alias melewati banyak jembatan baik besar maupun kecil dan menggotong stroller, hal pertama yang terasa begitu sampai di Piazza San Marco adalah rasa takjub dan rasa lapar (loh kok?)
Takjub karena tempat ini luar biasa indah Masha Allah, seperti yg kelihatan di TV malah lebih bagus lagi ;) dan karena ini adalah satu dari my wildest dreams and it came true, Alhamdulillah.. tapi rasa lapar agaknya sedikit mengalahkan rasa takjub :) Kami yang sudah membawa bekal Chicken Sandwich dari rumah buru buru ingin makan tapi lihat sekeliling ga da restoran. Aduh ternyata area ini adalah salah satu area yang para turis dilarang : makan ataupun nibbling, dan memberi makan burung, kalau dilanggar maka siap siap merogoh kocek 200 euro untuk penalty nya. Polisi senantiasa mondar mandir di kerumunan para turis untuk memastikan tak ada seorang pun yang melanggar. Dan ternyata, kami nekad saja.. celingak celinguk kanan kiri untuk memastikan tidak ada polisi, kami pun melipir ke San Teodoro, mengeluarkan sandwich dan menghabiskannya dengan khidmat dan hati hati (takut takut ada burung menyambar itu sandwich :))

Pelarangan menyantap makanan dan snack di Venice bukan tanpa alasan, tapi karena concern yang tinggi akan tingkat exodus burung burung ini. Burung burung ini di masa agak lampau (90an barangkali) diperbolehkan untuk diberi makan, tapi karena hal ini juga mengundang koloni burung burung lain untuk datang, maka burung burung ini pun begitu makan lantas poop, dan poop ini mengandung zat zat yg tidak diinginkan yang bisa merusak bangunan bangunan bersejarah Venice, jutaan Euro digelontorkan tiap tahun untuk merejuvenate situs situ tertentu yang kondisinya diperburuk oleh poop burung burung ini. Alasan lain adalah bahwa, akan terlalu banyak sampah yang mungkin berserakan jika turis diperbolehkan makan, dan alasan lain adalah untuk mensupport wisata kuliner venice.

Piazza San Marco a.k.a San Marco's Square

Basilica San Marco

Torre dell'orologio (clock tower)

Dario and papa' di depan Basilica San Marco, sebelah kanan gereja sedang direnovasi

Campanile di San Marco
Piazza San Marco ini adalah pusat turistik Venice, simbol dan prestisenya Venezia. Di sini, banyak hal yg bisa kita lihat, mulai dari Basilica San Marco, Doges' Palace, Campanile di San Marco, Torre dell'Orologio (Clock tower), Pusat historis Venezia dll. Di Basilica San Marco, kita bisa melihat arsitekturnya yang khas juga berlapis emas, bagian dalam basilica ini juga dilapisi emas. Jika ingin melihat arsitektur di dalam basilica maka anda harus rela antri (aduh, kami kebetulan ga punya waktu, takut ketinggalan kereta). Doges palace juga tempat yang indah sekali, di dalamnya apalagi.. tapi kami tak punya waktu untuk mengunjungi istana ini, mungkin lain kali  boleh juga touring disini, cuma 16 euro sajah per orang :)

Kami pun beranjak, karena mau berlama lama di Piazza juga buang waktu karena banyak tempat yg juga harus dikunjungi plus turis yang terus berdatangan. Kami belok ke kiri di sebelah Doges Palace dan melewati bridge of sighs. Bridge of sighs adalah jembatan yang dilalui narapidana sebelum mereka dipindahkan ke sel tahanan yg ada di bawah kanal. Tempatnya sih romantis tapi sejarahnya seram juga ya..

Bridge of Sighs

Bridge of Sighs

Doges' Palace
Ok finally we made it to the center of Venice. Kami pun masih melanjutkan sightseeingnya. Postingannya akan segera saya publish (sengaja dibagi 2 bagian agar mudah diakses dan tidak membosankan :)). Stay tuned ya! Komen ya kalau ada yang mau ditanya tanya, ihihi..



2 comments

  1. Wah..sungguh menginspirasi sekali cerita nya baik teavelling nya yg membuat ngiler...usaha orang tua yg begitu kuat buat anaknya happy,..mantap...sy tunggu lanjutan cerita nya...sungguh berkelas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks dear cici, menulis merupakan pelampiasan homesick ci.. Aku juga ingin berbagi pengalaman, biar kawan kawan pada tahu dan mudah mudahan terinspirasi. There is nothing worth teaching instead of expereince, is there? :D

      Delete